Seusai mengikuti roadshow Indonesia Mengajar pada rabu malam, saya langsung beranjak menuju kosan teman (yang akhirnya sangat saya sesali untuk menginap di kosan aneh tersebut). Alhasil, dari rabu malam s.d jumat pagi saya cuma menghabiskan waktu di kota Tangerang yang sangat penat dan penuh nyamuk. Karena saking menjemukan dan membosankannya tempat tersebut, saya tidak bisa menahan diri lagi untuk segera pergi pada jumat paginya.
Alhamdulillah, jumat pagi saya bisa hidup bebas. Perjalanan saya selanjutnya adalah ke Stasiun Pondok Ranji, stasiun yang paling dekat dengan daerah tersebut. Karena bingung dengan daerah tersebut, akhirnya saya bertanya kepada seorang pemuda yang diketahui kemudian bernama Agus. Pemuda ini adalah mahasiswa asal Purworejo yang sedang menimba ilmu di Bina Sarana Informatika Jakarta. Dengan sangat sopannya dia mengajak saya bahkan membelikan saya tiket ekonomi KRL Jakarta tersebut menuju stasiun Palmerah. Tidak lupa saya haturkan terima kasih. Selidik punya selidik, ternyata pemuda tersebut baru mencicipi bangku kuliah di tahun ini. Berarti saya lebih tua 3 tahun dari dia. Wah, merasa lebih muda jadinya hehe..
Pengalaman menaiki KRL kali ini adalah pengalaman yang pastinya tidak akan terlupakan. Bukan saja karena tiket gratis namun pengalaman betapa hiruknya kondisi KRL kota Jakarta di pagi hari. Sesumpek-sumpeknya kereta di Bandung, KRL di Jakarta jauh lebih sumpek lagi. Wanita dan pria bercampur baur dan berdesak-desakan di kereta tersebut. Kalau sudah seperti ini, yang namanya pelecehan seksual baik secara tidak sengaja ataupun sengaja pasti akan terjadi. Contohnya saja, di samping saya berdiri seorang wanita muda yang ‘maaf’ payudaranya terpaksa mengenai tubuh saya karena didorong paksa oleh penumpang-penumpang dari luar yang ingin masuk juga ke kereta. Saya yang baru pertama kali merasakan kondisi seperti itu, sangat shock berat. Bagaimana dengan penduduk Jakarta yang katanya kondisi seperti itu sudah menjadi makanan sehari-hari mereka?. Ah sudahlah, saya kira kereta khusus wanita memang adalah hal yang sangat penting dan mendesak untuk dilakukan dalam waktu cepat. Semoga Pemda DKI merealisasikannya dengan benar agar harkat dan derajat para kaum wanita dapat terjaga.
Sesampai di Palmerah, kami (saya dan agus) berpisah dan saling menyemangati untuk melakukan yang terbaik. Yah, dia tahu kalau saya akan mengikuti interview di PT.Freeport siangnya. Setelah berpisah, saya disarankan untuk menaiki kopaja 86 untuk menuju daerah Slipi. Di slipi, saya menaiki Busway untuk menuju daerah kuningan. Adapun saya harus menaiki 2 kali Busway agar bisa mencapai daerah kuningan barat. Karena di Kuningan Barat itulah berdiri megah Plaza89, dimana PT Freeport bermarkas di Jakarta.
Karena melihat jam masih pukul 9 lewat, saya putuskan untuk makan di McD di daerah kampusnya Pak Bakrie (salah satu senior saya karena alumni tahun 1971 Arus Kuat ITB). Disitu, tak lupa saya tuntaskan kebutuhan kamar kecil yang harus dituntaskan setuntas-tuntasnya. Setelah selesai, baru bisa menikmati ‘Paket Panas’ yang disediakan McD dengan harga standard. Seusai menikmati makanan, saya melangkah menuju Plaza89 yang berada di dekat McD tersebut. Sesampai disitu, KTP harus dititipkan sebagai penjamin kartu tanpa pengenal di gedung tersebut. Setelahnya, menuju resepsionis PT Freeport di lantai satu juga. Setelah dipanggil oleh Bu Trisa saya dipersilahkan untuk menuju lantai 7 tempat proses interview dilakukan.
Saat itu, ternyata yang interview bukan cuma saya. Ada juga Mas Hamid, senior di Elektro 2005 yang juga merupakan panitia IEC III(Suatu ajang kompetisi Bisnis Plan Tahunan di ITB). Karena saya yang pertama datang, maka saya yang dipersilahkan terlebih dahulu oleh Bu Trisa untuk Interview dengan para Supervisor di Bidang Maintenance dan Kontrol di Papua sana. What? Departemen Maintenance dan Kontrol? apa tidak salah? ampun dah, salah satu senior saya yang keterima terlebih dahulu di Freeport masuk di Departemen tambang dan informasi yang saya dapat lebih tentang interview dengan para user di dept.Tambang Freeport. Duh, bagaimana ini?. yah sudahlah, berdoa dan berusaha saja.
Dua Layar TV yang sangat besar, menjadi alat kami berkomunikasi dengan para user/supervisor disana. Ada 4 orang pria dan 1 orang wanita. Ternyata mereka semua dari elektro. Saya sudah pesimis bakalan lolos di tahap ini karena merasa pasti akan dihajar dengan pertanyaan-pertanyaan power yang menakutkan. Benar saja, kala itu pertanyaan dimulai dari relay, motor, PLC, Instrumentasi, dll yang benar-benar tidak begitu saya ketahui dengan pasti. Ditambah lagi dengan persoalan-persoalan teknis yang menuntut saya untuk mengambil keputusan. Wah, bener-bener lah. Saya Kacau sekali!
. Saya tidak dapat berharap banyak dapat lolos dari tahap ini, tapi setidaknya banyak pelajaran yang dapat saya ambil yaitu memahami lebih dalam tentang ilmu-ilmu yang sebenarnya telah diberikan secara khusus sejak tingkat 3 lalu.
Dengan langkah gontai, saya keluar dari ruang interview tersebut setelah interview yang cukup menakutkan dan berdurasi lebih dari setengah jam. Mas Hamid adalah peserta interview berikutnya. Karena melihat waktu yang hampir memasuki shalat jumat, maka saya ijin undur diri kepada Bu Trisa. Sebelumny Beliau memberitahu tentang proses kedepannya bila saya diterima atau ditolak di divisi yang bersangkutan. Saya dengan semangat mendengarkan penjelasan dari HRD tersebut yang sangat friendly beda dengan HRD perusahaan-perusahaan lainnya yang pernah saya ikuti.
Seusai shalat jumat di Mesjid Departemen Koperasi dan UKM, saya melihat-lihat pasar jumat yang berada persis di sampingnya. Karena melihat baju tebal yang sangat cocok dipakai di Bandung, saya mulai tertarik dan akhirnya melakukan proses tawar menawar. Lalu terbelilah sebuah baju baru yang tebal senilai 25ribu rupiah. Angka yang cukup worthed untuk kaos setebal ini.
Setelah selesai berbelanja, saya berjalan keluar dan mencari dimana letak travel menuju Bandung yang paling dekat dengan lokasi saya waktu itu. Ada yang menyarankan daerah mampang yang berada cukup jauh. Saya menuruti saja, di perjalanan saya melewati Kedubes Australia yang dijaga dengan penjagaan super ketat. Ada apa gerangan? ternyata kemudian diketahui bahwa baru saja terjadi pengeboman di Mesjid Kepolisian Cirebon yang menewaskan 2 orang dan puluhan lainnnya luka-luka sehingga keamanan di Jakarta semakin ditingkatkan.
Setelah melewati kedubes Australia, saya menuju Universitas Bakrie dan bertanya kepada Satpam di dekat saya tentang Travel ke Bandung. Alhamdulillah, ternyata saya tidak perlu berjalan lebih jauh ke mampang untuk menemukan travel karena di dekat Universitas Bakrie tersebut ada Citytrans yang mengangkut penumpangnya menuju Bandung.
Sayapun bersegera menuju Pool Citytrans tersebut, sebenarnya sempat hendak mengurungkan diri untuk pulang dengan Citytrans eksekutif karena mengetahui harganya senilai 70ribu dan ingin mencari travel yang lain yang kira-kira masih 50ribuan. Namun, karena melihat kondisi diri yang sudah sumpek akhirnya saya relakan untuk mengeluarkan kocek lebih agar pulang dengan lebih cepat.
Ternyata, pilihan saya menaiki Citytrans adalah pilihan yang sangat tepat. Waktu perjalanan adalah hal yang utama dalam pelayanannya. Ditambah lagi letak kursi yang sangat nyaman dan luas membuat penumpang bisa rileks. Baru disadari bahwa tidak rugi mengeluarkan uang lebih bila pelayanannya seperti ini. Memang agak kencang tapi tidak ugal-ugalan dan ini membuat saya percaya penuh bahwa driver bakalan membawa kami semua pulang ke Bandung dengan selamat. Akhirnya dengan waktu tempuh yang cukup singkat, sekitar 2 jam, kami berhasil sampai di Bandung kembali.
yah, cukup sekian pengalaman saya jumat ini. Tentu akan lebih bewarna bila saya menghadirkan data berupa foto-foto perjalanan saya namun karena handycam yang saat itu sedang lowbat dan sulit untuk dikeluarkan maka saya putuskan untuk tidak mengambil gambar satupun.