Kemarin sore, penduduk seantero pelosok Nusantara dihebohkan dengan pidatoa Presiden SBY yang menghimbau untuk menunda atau bahkan menghentikan rencana pembangunan gedung baru DPR. Ada apa gerangan? SBY memang dinanti-nanti rakyat untuk segera memberikan reaksi kerasnya terhadap pembangunan gedung baru ini karena para anggota DPR dinilai sudah ‘Tuli dan Buta’ dalam mendengar dan melihat kondisi bangsa. Namun, tidak seperti biasanya SBY yang dinilai Plin-Plan dan tidak tegas kali ini memberikan statement yang sangat ‘Pro-rakyat’.
Pernyataan-pernyataannya seperti ini :
“Saya menginstruksikan, setelah dilakukan pengecekan rencana pembangunan gedung dan fasilitas yang tidak memenuhi ketentuan yang dikeluarkan, bahkan dalam bahasa saya tidak memenuhi standar kepatutan, agar ditunda dulu, untuk dilakukan revisi penyesuaian, bahkan barangkali kalau memang tidak sangat diperlukan bisa ditunda dan dibatalkan,”
“Saya juga ingin sekali lagi mengajak para pimpinan lembaga negara nonpemerintah, selaku pengguna anggaran dan tentu saya instruksikan kepada para menteri pimpinan lembaga negara nonkementerian, serta para gubernur sebagai pengelola keuangan di daerah yang mendapatkan delegasi dari saya, untuk bersama kita melakukan langkah-langkah optimasi dan efisiensi penggunaan keuangan negara,”
“Langkah penghematan yang lain, membatasi kendaraan dinas. Kalau tidak diperlukan mengapa diperlukan kendaraan dinas. Membatasi pembagunan gedung, kantor, rumah. Tentu tidak diperlukan penambahan, bangunan”
Kalau memang benar karena SBY mendengar dan peduli dengan rakyat, tentu hal tersebut adalah sesuatu yang patut dibanggakan karena krisis kepercayaan yang telah dialamatkan banyak orang selama ini kepada pemerintah setidaknya dapat terkurangi dengan pernyataan Beliau. Namun yang anehnya, mengapa pernyataan ini justru berbeda dengan pendapat fraksi di DPR khususnya fraksi Demokrat yang tetap ngotot membangun gedung tersebut. Bukankah SBY sendiri adalah maskotnya Demokrat?. Mengapa pandangan si maskot justru tidak serupa dengan pandangan kadernya?.
Ok, mungkin dalam hal ini terjadi kesalahan komunikasi politik. Akan kita saksikan kebenaran dari pidato beliau kemarin selama beberapa hari ke depan. Apakah proyek Gedung Baru DPR dibatalkan atau tetap dilanjutkan dengan anggaran yang efektif atau bahkan tetap menjadi suatu bangunan mewah?.
Adapula pendapat yang mengatakan bahwa ini sebenarnya hanya akal-akalan politik dari SBY. Seperti biasa hanya untuk menaikkan popularitas. Dulu isu yang sering digunakan adalah isu ‘Terzhalimi’. Mungkin karena sekarang isu ‘Terzhalimi’ sudah out of date, yang digunakan adalah isu ‘Pro-rakyat’. yah, sekali lagi saya katakan bahwa hal ini dapat dibuktikan selama beberapa hari kedepan terkait keputusan final yang akhirnya diambil oleh kaum kotoris (baca:DPR) terhadap pembangunan gedung ini.
Saya pribadi sih melihatnya kalau untuk efektifitas tidak ada salahnya membangun sebagian fasilitas yang memang benar-benar sangat mendesak. Bukannya suatu bangunan mewah yang isinya ada kolam renang dan peralatan gym yang sebenarnya hanyalah kebutuhan sekunder.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar