Selasa, 19 April 2011

‘Demam’ Indonesia Mengajar (IM)


Tahukah Anda apa itu IM? . IM yang dimaksud disini bukanlah suatu gerakan dakwah hasil karya Ustadz Hasan Al-Banna di Mesir. Namun, IM yang berasal dari Indonesia dan bertujuan untuk memperbantukan para Pengajar Muda yang merupakan freshgraduate dari kampus-kampus di Indonesia dalam upaya pensejahteraan siswa/i SD di remote area terutama dalam bidang pendidikan. Program ini merupakan besutan aristokrat ulung yang bernama Anies Baswedan, seorang tokoh senior yang berkiprah menjadi Rektor Universitas Paramadina saat ini.
Nah, kemarin tepatnya tanggal 13 April jam 19.00 bertempat di Hotel Ritz Carlton Jakarta, diadakan sebuah roadshow tentang program ini. Saya beserta teman-teman Elektro ITB 2007 dateng ke acaranya tersebut untuk menemukan inspirasi dan informasi lebih detail tentang program ini. Perjalanan Bandung-Jakarta yang cukup melelahkan dan menyeramkan kala itu tak membuat kami putus asa untuk datang dan menyaksikan roadshow tersebut.
Alhamdulillah, acaranya tepat dimulai ketika kami menginjakkan kaki di etamerika, sebuah ruangan di Ritz Carlton tempat berlangsungnya acaranya tersebut. Pak Anies dengan gagahnya membeberkan capaian-capaian yang terjadi pada pendidikan di Indonesia saat ini dibandingkan beberapa puluh tahun lalu. Contohnya, tahun ’45 hanya 5% penduduk Indonesia yang melek huruf namun saat ini sekitar 92% sudah mampu membaca.  Angka tersebut sangat besar untuk diperbandingkan dengan daerah-daerah di asia tenggara lainnya. Selain itu, Pak Anies juga memaparkan data-data lainnya yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya.
Di awal acara, beliau bertanya kepada semua peserta. ‘Is Indonesia Rich Country?’. Kami semua sepakat menjawab ‘Yes’. Kaya dengan alamnya, budayanya dan keanekaragaman hayati lainnya. Saat itu juga Beliau mengungkapkan bahwa ada hal utama yang harus lebih dipahami lagi tentang kekayaan Indonesia saat ini. Kekayaan itu adalah SDM. Yah, Indonesia kaya dengan SDM. Jumlah anak SD Indonesia sama dengan jumlah penduduk Malaysia. Selama kita belum menyadari SDM sebagai modal utama dan hanya berharap pada SDA selama itu pula kita tidak akan menjadi bangsa besar di dunia. Lihat saja contohnya Singapura, mereka tidak punya SDA tapi mereka punya SDM dan dapat kita saksikan negaranya berkembang dengan pesat saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar