Ini mungkin terjadi pada banyak kaum hawa. Kesenangan terhadap belanja bisa membuat mereka lupa akan segalanya. Tugas para prialah untuk senantiasa menasehati mereka jangan sampai malah ikut-ikutan.
Dari pengalaman berbelanja bersama wanita yaitu Ibu saya, ada satu hal yang harus saya kritisi mungkin ini suara semua anak laki-laki di dunia yang merasa jengkel bila menemani ibunya berbelanja, terutama berbelanja pakaian. Contohnya ketika berbelanja di sebuah pasar pakaian di kota Medan, memang banyak penjaja pakaian disana. Namun bukan berarti setiap penjaja pakaian harus didatangi dan meng-compare harga pakaian tersebut dari masing-masing toko. what a wasting time.
Okelah, kalau di toko tersebut sudah ada daftar harganya jadi tidak perlu bertany-tanya lagi tentang harga pakaian yang ingin dibeli. Namun, kalau harus bertanya-tanya dan sudah hard bargaining tapi akhirnya tidak jadi beli karena alasan ingin melihat-lihat toko sebelah mungkin harganya lebih murah. Duh, ini cukup memalukan sepertinya.
Bila mereka mau menghitung, sebenarnya konstanta hitungan itu bukan hanya dari sisi uang namun juga dari sisi waktu. Asumsikanlah 1 jam waktu harganya 30ribu (saya menggunakan standard anak 2007 ITB pada waktu kuliah). Nah, biasanya ketika mencari-cari toko lainpun belum tentu harga yang didapatkan lebih murah. Hmm, kalau dapet yang lebih murah biasanya gak akan lebih besar dari 10rb harga toko sebelumnya. (Taulah yah, makin banyak kompetitor biasanya para pelaku bisnis ngambil margin tipis). Nah, kalau waktu yang dihabiskan untuk mencari toko lain lalu melakukan proses tawar menawar dari awal lagi sampai akhirnya ngotot2an untuk menurunkan harga, itu sekitar 1jam. Bukankah dari segi hitung-hitungan holistik, berarti kita merugi.
Pfuh..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar