Jumat, 25 Maret 2011

Manajemen Waktu oleh Seorang Mahasiswa ITB

Tulisan ini bukan dibuat oleh seorang mahasiswa yang terampil dalam memanajemen waktu. Namun sebaliknya, pengalaman buruk selama tingkat 2 dan 3 dalam membagi waktu membuat saya merasa memiliki kewajiban dalam me-share pengalaman ini.


Tingkat 1 :

Tingkat pertama seorang mahasiswa baru biasanya dipenuhi dengan keindahan. Di tingkat ini, mahasiswa tersebut akan lebih dituntut terhadap apa yang disebut adaptasi. Kita belum akan menjumpai beragam tugas-tugas kehidupan maupun akademik yang menuntut banyak kontribusi. Pilihan-pilihan tempat bernaung akan mewarnai kehidupan mahasiswa di tingkat awal. Hati-hati dalam menentukan pilihan/organisasi ini. Pilihlah yang sesuai dengan minat dan kemampuan Anda. Karena bila minat dan kemampuan tidak ada, bisa saja terjadi syndrome 'males' dan 'terpaksa'. Sungguh keduanya adalah hal yang harusnya dihindari. Menjadi mahasiswa seharusnya sudah mendidik kita menjadi manusia yang mandiri dan berdikari meskipun kiriman dari orangtua tetap mengalir setiap bulannya.

Karena beban akademik yang relatif tidak begitu sulit dan organisasi yang tidak menuntut banyak, maka banyak 'leluhur' tingkat atas yang mewanti-wanti kepada setiap mahasiswa baru untuk mendapatkan nilai setinggi-tingginya di tahap ini. Biasanya kalau sudah naik ke tingkat atas, nilai bagus sudah semakin susah didapatkan. Selain faktor pemahaman kuliah, faktor organisasi baik kecil maupun besar pasti akan berpengaruh pada akademik Anda.


Tingkat 2:

Di tingkat 2, biasanya para mahasiswa (di ITB) mulai ditempatkan di jurusan-jurusan yang mereka pilih. Ilmu-ilmu yang didapatkanpun sudah lebih khusus. Beban akademik mulai meningkat. Dalam hal keorganisasian, bebannya juga sudah bertambah. Biasanya para mahasiswa tingkat 2 sedang menjejali struktur 'staf' di organisasi tersebut.

Saran saya, usahakan jangan terlalu banyak. Dua saja mungkin sudah cukup, mengingat pengalaman kegagalan tim karena beberapa anggota yang menganggap tugas staf hanyalah tugas figuran dan yang lebih banyak mengkomando dan bekerja dalah kadiv/direktur/menteri. Pendapat tersebut cukup keliru. Bagaimanapun di organisasi yang sukses/gagal adalah tim. Sehingga semuanya harus totalitas untuk merealisasikan visi dan misi yang sama-sama telah diimpikan. Bahkan kalau boleh saya bilang, apabila suatu kerjaan itu sukses, maka yang sukses sebenarnya adalah lebih ke anggota karena mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan benar tanpa memberatkan orang lain.

Mungkin selain ilmu leadership, perlu juga sekali-kali diberikan pelatihan membership. Agar semua orang menyadari bahwa bukan hanya kepemimpinan yang perlu dimiliki oleh setiap orang. Karena Tidaklah semua menjadi kapten, tentu harus ada awak kapalnya. Kita bisa mengambil contoh Super Junior dan SNSD (haha.. K-Pop). Leeteuk dan Taeyeonmemanglah leader dari kedua grup tersebut namun itu tidak membuat anggota-anggota yang lainnya berpangku tangan untuk memajukan grup mereka. Sehingga bisa kita lihat dengan kekompakan tim mereka sekarang, lagu Sorry Sorrydan Gee dapat terkenal di dunia.

Ok, mungkin itu untuk organisasi. Untuk akademik, jangan kira bahwa indeks prestasi itu tidak penting. Karena sekarang sudah mulai banyak perusahaan-perusahaan (bagi Anda yang ingin menjadi karyawan) yang mensyaratkan nilai tinggi untuk memasuki perusahaan mereka. Yah, indeks prestasi tersebut memang hanya menjadi prasyarat saja. Namun, tidak akan berarti softskill yang Anda dapatkan bila prasyarat tersebut saja tidak lolos. Selain prasyarat kerja, IP juga menjadi daya ukur beberapa masyarakat akan kredibilitas Anda dalam melaksanakan kuliah. Kalau nilai hancur apakah layak dianggap bertanggung jawab?. Yah, memang ada beberapa kuliah mendapat nilai bagus sulit. Namun jangan jadikan ini paradigma awal Anda yang nantinya membatasi Anda untuk mendapatkan yang terbaik. Mungkin saja dosen yang sulit memberikan nilai tersebut, sekarang sudah tidak pelit lagi atau ........ (isi sesuai keinginan Anda).

Tingkat 3:

Saran akademik saya buat tingkat 3 sama seperti tingkat 2. Untuk keorganisasian karena biasanya para mahasiswa tingkat 3 sudah menjadi pengurus inti di organisasi tersebut adalah kalau bisa fokus pada satu organisasi. Anda adalah pengurus inti/leader dari organisasi yang bersangkutan. Sebaiknya bekerja dan berkarya optimal-lah di organisasi yang telah Anda pimpin (setidaknya selama setahun kedepan). Jangan ambil risiko besar dengan mengambil peran lain sebagai pemimpin karena bisa saja ada yang terabaikan dari peran-peran Anda di tempat lain. Persiapkan diri Anda juga untuk mulai mencari topik tugas akhir yang akan Anda kerjakan pada tingkat akhir nanti. Setidaknya mengetahui seluk beluk ilmu tugas akhir yang sesuai dengan minat Anda.

Tingkat akhir (4,5 dan seterusnya):

Di tingkat ini, biasanya mahasiswa akan kembali fokus pada akademis. Beban mental dari masyarakat untuk segera melaksanakan kelulusanpun biasanya menghinggapi para mahasiswa. Belajar tekun dan efektif memang sangatlah dibutuhkan. Kalau bisa buat jadwal rutin tugas akhir Anda misalnya 5 jam dalam sehari. Sehingga dengan begitu, mau tidak mau tugas akhir yang Anda lakukan akan berprogress. Kalau masih stuck, ada baiknya Anda berdiskusi dengan dosen pembimbing ataupun teman-teman yang mengerti tentang tugas akhir Anda. Sebaiknya dalam masa ini, abaikanlah sesuatu yang meminta peran besar dari Anda. Bukannya egois, tapi mengorbankan diri sendiri dan orangtua dalam masa yang genting ini demi sesuatu yang sebenarnya masih bisa dikerjakan oleh SDM-SDM yang lain, saya rasa itu hal yang bodoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar