Aku tidak akan menghujat dalam surat ini. Mengapa? Karena yang akan aku berikan adalah pernyataan cinta. Yah, cinta!. Satu kata yang dilandasi gejolak jiwa yang senantiasa ingin media menjadi lebih baik. Jadi tidak mungkin disini aku akan menghujat. Yah, mungkin hanyalah sekedar saran dan kritik cintaku. Tak salahkan bila seseorang yang mencintai, ingin yang dicintainya tersebut selalu berada di jalan yang benar.
Dear Media Lovely,
Akhir-akhir ini, aku kok merasa perhatianmu terhadap kami sudah begitu berkurang. Yah, jelas aku dan kami cemburu. Kelihatannya kau lebih mementingkan ‘pemberi makanmu’. Kami takut ‘pemberi makanmu’ itu sudah menjadi Tuhan sesatmu. Sehingga setiap kepentingannya itu selalu kau ikuti dengan tidak memperdulikan kebenaran yang sekarang bergelimpang di sekitar jalan hidup ini.
Cintaku,
Tahukah kau dengan mementingkan ‘pemberi makanmu’ itu, kau telah memecah belah kami. Yah, kami! penduduk biasa yang sering melihatmu beraksi. Sungguh aksimu tiada kenal lelah. 24 Jam non-stop. Kadang melalui berita yang kau sampaikan, kami merasa begitu peduli dengan bangsa ini. Namun, dengan berita lain yang kau sampaikan pula, kami menjadi merasa jijik dan ingin segera keluar dari kondisi ini. Tapi, akhir-akhir ini kok yang sering muncul perasaan jijiknya yah?. Bukan pada pemerintahan, tapi ‘maaf’ padamu cinta.
Hayolah, kembali seperti dulu. Seperti kala kau membuat kami melihat kau tidak memihak satupun sehingga membuatmu terlihat sebagai super-jagoan yang netralitasnya terhormat. Tidak seperti sekarang, dimana sikap netralitasmu sudah terinjak-injak dan ingin segera kami ludahi [duh, ini bukan hujatan lho. Cuma kritik].
Ah, sudahlah cinta. Sudah berbuih sepertinya mulutku ini bicara tanganku mengetik. Kami sudah introspeksi diri. Sekarang giliranmu untuk melakukannya juga. Kalau kau tetap seperti itu, kami tidak tahu apa yang akan kami lakukan dan nikmati lagi. Mungkin, yah mungkin! untuk beberapa dari kami, akan segera memutusmu sehingga kita tidak berhubungan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar