Andi Hendra Paluseri
Mahasiswa Teknik Tenaga Listrik
Institut Teknologi Bandung
Institut Teknologi Bandung
Seperti yang kita lihat di layar televisi, Ahad Pagi kota Tripoli digempur habis-habisan oleh NATO yang katanya membawa misi perdamaian dengan mengamankan zona larangan terbang di bumi Libya. PBB melalui dewan keamanannya memilih voting yang hasilnya 10 negara setuju diadakannya zona larangan terbang dan sisanya memilih abstain. Sebagai akibat pemerintah Libya tidak mematuhi peraturan zona larangan terbang ini, maka 5 negara yaitu Kanada, Perancis, Inggris, Kanada dan Norwegia. Yah, gabungan dari pasukan NATO yang lagi-lagi sering ikut campur dalam menyelesaikan masalah negara lain. Hal ini haruslah diwaspadai karena Barat sebenarnya memiliki banyak kepentingan baik kekayaan alam maupun politik terhadap Libya yang dinilai sangat vokal dalam permasalahan dunia arab.
Pemimpin-pemimpin Afrika yang notabene tetangga dekat negara yang sedang berkecamuk inipun berang. Keberangan mereka karena menilai pihak berat terlalu mencampuri dan berlebihan dalam menghadapi masalah yang sedang bergejolak di Libya. Jacob Zuma, Presiden Afrika Selatan misalnya membentuk forum 5 negara Afrika guna untuk membantu proses perdamaian di Libya. Beberapa pemimpin Asia seperti Rusia, China dan India yang sudah dijanjikan untuk pengelolaan ladang minyak di Libyapun turut menyesaikan tindakan Barat tersebut.
Seperti yang kita tahu, Barat sendiri sebenarnya adalah pihak yang sangat dibenci oleh masyarakat timur tengah melihat campur tangannya terhadap pelbagai sudut kehidupan masyarakat disana. Terlebih lagi, sikap dualisme pemimpin Barat dalam permasalahan Israel dan Bangsa Palestina. Sehingga amat sangat mustahil perdamaian akan terjadi bila yang menjadi interventor disini adalah pihak Barat. Sekali lagi, saya katakan seperti artikel yang sebelumnya, Indonesialah yang sebaiknya menjadi pihak penengah atas masalah ini. Karena dengan campur tangannya Barat terhadap masalah Libya, ketidakseimbangan berita dan keberpihakan akan selalu terjadi.
Mungkin Anda yang kurang begitu paham akan kisruh yang terjadi di Libya mempertanyakan tentang investigasi dalam negeri yang dilakukan oleh media dan Barat. Yah, Media dan Barat lebih mengutamakan asumsi dan menebar isu negatif yang santer kita dengar pada saat ini. Dari jumlah korban yang asal-asalan, berita kegaduhan di kota-kota dan isu-isu miring lainnya yang diblow-up oleh media secara berlebihan membuat berita yang sebenarnya menjadi kabur. Bisa dikatakan bahwa media tengah dicuci otaknya oleh Barat untuk membuat fitnah besar akan kejadian di Libya sekarang.
Namun, apakah saya membela Khadafi? Sepertinya juga tidak. Karena sikap tangan besinya yang sangat parah membuat kebebasan berpendapat nyaris tidak ada di negara Kaya Minyak ini. Mungkin kita bisa menyandingkan seseorang yang pernah berpengaruh besar di negara kita dengan Khadafi ini. Bedanya, unsur KKN lebih merajalela di bangsa kita kala itu. Khadafi sendiri membangun imperium bisnis keluarga sehingga dapat disaksikan bahwa keturunannya cukup berpengaruh di negara Afrika Utara tersebut. Nah, yang menjadi kesalahan dari pemerintahan Khadafi sendiri dalam menghadapi kisruh di negaranya adalah lebih mementingkan kemenangan golongannya daripada mendamaikan satu bangsa tersebut. Seperti yang kita saksikan, perkataan-perkataan akan memberangus pemberontak di wilayah timur kerap dilontarkan oleh Kolonel Khadafi ini daripada mengajak untuk berdiplomasi damai.
Ada yang berpandangan bahwa Khadafi tidak membiarkan islam tumbuh disana. Sebenarnya alasan ini patut dipertimbangkan. Benar adanya Khadafi melarang kelompok-kelompok islam. Namun, yang dilarang adalah kelompok islam politis seperti Hizbut Tahrir, Salafi Jihadis dan Ikhwanul Muslimin (mungkin ini salah satu penyebabnya, Ulama Kondang Ikhwan, Yusuf Qardhawi memfatwakan halal membunuh Khadafi). Tapi, kalau dikatakan islam tidak tumbuh itu salah, karena hampir semua wanita di Libya mengenakan jilbab, jauh lebih banyak dibandingkan wanita-wanita Mesir apalagi Tunisia. Khadafi sendiri mendirikan lembaga dakwah negaranya yaitu WICS yang berkantor di 30 negara. Meskipun ada pihak yang menilai, bahwa Khadafi tersebut melakukan penyesatan massal dengan menerbitkan 'buku hijau' yang menyimpang dari Al-Quran.
Lalu, bagaimana dengan pihak oposisi yang berpusat di Benghazi dan notabene adalah kelompok sakit hati pendukung dari Raja Idris yang ditumbangkan oleh Kolonel Khadafi pada tahun 1969 silam?. Yah, mereka sama kacaunya dengan pemerintahan Khadafi. Sama-sama mementingkan kepentingan kelompok. Kalau sudah seperti ini, otomatis rakyat sipil yang menjadi korban. Apalagi dengan datangnya NATO, di hari pertama saja sudah menelan korban sipil 45 orang. Bila sudah seperti ini, kedamaian yang diinginkan hanya menjadi angan-angan semu yang tak kunjung datang. Malah mungkin Libya akan menjadi seperti Afganistan dan Irak. Dimana sumber kekayaan mereka dikeruk/dikelola dan dikuasai asing lalu pertempuran sipil selalu membayangi setiap hari.
Adakah solusi?
Yah, pasti ada. Setiap masalah pasti ada solusi menyelesaikannya. Entah itu mudah ataupun sukar. Untuk masalah ini, saya tegaskan dengan intervensinya negara Barat/Sekutu yang ada malah semakin menambah kisruh negara tersebut. Langkah pertama adalah usir keluar semua bentuk campur tangan barat. Kemudian, biarkan negara-negara tetangga Libya di Afrika ataupun timur tengah untuk mengawasi keberjalanan proses perdamaian disana. Kalau perlu, Indonesia sebagai 'Abang tertua' turut membantu dengan menurunkan prajuritnya kesana. Langkah ini diambil untuk menghentikan kedua pihak yang bertikai untuk meluncurkan serangan tanpa adanya ketakutan akan keberpihakan oleh Barat. Selain itu, mencegah Barat untuk menjadikan Libya sebagai Afganistan/Irak jilid 2 yang pada akhirnya mungkin mengeruk ladang minyak Libya disana. Dalam proses perundingan, libatkan semua pemimpin suku yang ada di Libya. Seperti yang kita tahu bahwa di Timur Tengah, sikap kesukuan sangat kental dibandingkan nasionalismenya. Mungkin solusi adanya penengah baru adalah solusi yang cukup realistis untuk diterapkan daripada penengah dari Barat. Kita semua dapat mengambil pelajaran dari sebelumnya bahwa kedatangan Barat ke negara bertikai hanya akan menambah kekisruhan negara tersebut.
Kalau ada yang menanyakan, mending mana, Libya dijajah Barat, dijajah Khadafi atau dijajah Oposisi?. Sepertinya saya akan memilih dijajah Khadafi. Setidaknya jiwa patrotik Kolonel ini masih mampu membawa kesejahteraan bagi rakyatnya dibandingkan penguasaan kekayaan alam bila yang menjajah adalah Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar