Andi Hendra Paluseri
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Institut Teknologi Bandung
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Institut Teknologi Bandung
Saya semasa kecil merupakan seorang bocah yang suka menabung, mungkin sama seperti anda semua. Namun, pernahkah anda menyadari seperti apa yang saya sadari sekarang bahwa hasil tabungan kumulatif dari kecil tersebut sampai sekarang ternyata tidaklah menguntungkan malah terkesan sia-sia. Contohnya saja, saya mulai menabung sejak SD. Kala itu, uang 1000 rupiah yang saya punyai bisa membeli sepiring lontong telur di kota Medan. Dengan bunga bank yang sangat kecil, saya rasa itu tidak sebanding untuk membeli barang yang sama bila saya pergunakan kembali uang saya yang sekarang meskipun sudah ditambah bunganya. Sekedar informasi bunga tabungan bank biasanya 4% dan depositonya sekitar 7 % dan itu belum dikurangi dengan pajak deposito tersebut.
Nah, yang jadi pertanyaan adalah apakah ada cara lain untuk agar anak-anak sekarang tidak merasa sama seperti kita?. Jawabannya tentu saja ada. Bukan dengan menabung di bank, bukan dengan MLM (sampai sekarang saya belum menemukan MLM yang anggotanya khusus anak-anak), bukan dengan bisnis (umumnya tidaklah mungkin seorang bocah sudah mampu menjalankan bisnis dengan baik). Akan tetapi dengan investasi uang berupa koin dinar(emas) dan dirham(perak).
Mengapa anak-anak harus berinvestasi melalui bentuk ini? Karena pengelolaannya mudah, cukup dengan menukarkan uang kartal yang anak tersebut miliki dengan nilai dinar/dirham yang diinginkan dan investasi ini sangat baik untuk investasi jangka panjang sebab nilai emas/perak itu sifatnya konsisten sehingga bila inflasi naik maka harga emas/perak akan menyesuaikan. Bahkan kenyataan selama ini malah kenaikan harga emas/perak yang cenderung tinggi daripada kenaikan inflasi itu sendiri.
Lalu mungkin ada pertanyaan lagi, mengapa bentuknya harus koin?. Sebenarnya yang menguntungkan itu adalah investasi emas/perak dalam bentuk koin dan batangan. Mengapa? Sebab bisa dikatakan ongkos pembuatannya kecil sekali tidak seperti emas perhiasan yang biasa para wanita kenakan di leher dan tangan mereka. Sehingga bila nantinya ingin ditukar kembalipun, margin antara harga penjualan dan pembelian emas tersebut sangatlah tipis. Nah, kalau emas batangan diperlukan investasi yang cukup besar karena 1 emas batangan itu kira-kira beberapa kilo. Kalau anak-anak pada umumnya hanya mampu membeli koin emas.
Nah, bagaimana caranya? Ajak anak Anda atau anak kecil yang Anda kenal untuk menabung uang kartal yang dia miliki sampai akhirnya mencapai nilai koin emas/perak yang ada sekarang. Per 6 Maret 2011, 1/2dirham=22.100, 1dirham=44.200, 1dirhamayn=88.400, 1khamsah=221.000, 1/2dinar=870.500, 1dinar=1.741.000[wakalanusantara.com]. Setelah mencapai nilai-nilai tersebut, maka bimbinglah anak itu untuk menukarkan uang kartalnya dengan uang dinar/dirham yang diiinginkan. Setelah itu, simpan/masukkan uang dinar/dirham yang telah dimiliki ke celengan yang biasa anak kecil gunakan. Mungkin saja kelak dengan uang dinar/dirham tabungannya, biaya pendidikan yang semakin mahal dapat ditanggung dengan uang tabungannya tersebut yang sudah berbentuk dinar/dirham.
Insya Allah! setelah melakukan ini semua, anak-anak yang rajin menabung tidak akan menyesal ketika dewasa karena telah menginvestasikan uang kartalnya dalam bentuk koin dinar/dirham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar